Burung Rangkong: Satwa Langka yang Terancam Punah

Bandar Lampung -- Burung rangkong, atau sering disebut juga burung enggang, adalah jenis burung besar dari keluarga Bucerotidae yang tersebar di Asia dan Afrika. Burung ini sangat dikenal karena ciri khasnya, yaitu memiliki paruh besar dengan tambahan struktur seperti tanduk (casque) di atas paruhnya.

Selain paruh besar dan casque yang khas, burung rangkong biasanya memiliki tubuh besar dengan bulu berwarna hitam atau putih, tergantung pada spesiesnya. Beberapa spesies juga memiliki warna-warna cerah pada bagian tenggorokan dan wajah.

Burung rangkong umumnya hidup di hutan hujan tropis, terutama di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Mereka juga ditemukan di beberapa bagian Afrika dan India.

Burung ini dikenal dengan gaya hidup monogaminya. Mereka biasanya tinggal berpasangan, dan ketika betina sedang bertelur, ia akan berlindung di dalam lubang pohon yang dilapisi lumpur oleh jantan, menyisakan hanya celah kecil untuk mengambil makanan. Kondisi ini berlangsung hingga telur menetas dan anakan siap untuk terbang.

Burung rangkong memiliki peran penting dalam penyebaran biji-bijian. Mereka memakan buah-buahan, lalu menyebarkan bijinya melalui kotoran, membantu pertumbuhan hutan.

Sayangnya, beberapa spesies rangkong, seperti rangkong gading (Rhinoplax vigil), terancam punah akibat perburuan dan hilangnya habitat karena deforestasi. Casque mereka sering diburu untuk dijadikan bahan kerajinan, khususnya di pasar gelap.

Di banyak budaya Asia Tenggara, burung rangkong dianggap memiliki nilai simbolis yang tinggi. Di Kalimantan, misalnya, burung ini sering muncul dalam motif seni suku Dayak dan dianggap sebagai simbol kekuatan dan kehidupan.

Burung rangkong adalah bagian penting dari ekosistem hutan tropis dan memiliki nilai budaya yang tinggi di banyak masyarakat. Namun, mereka juga sangat rentan terhadap ancaman, sehingga upaya pelestarian menjadi sangat penting.

Burung rangkong yang ada di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Batutegi termasuk dua jenis utama, yaitu rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan rangkong gading (Rhinoplax vigil).

Burung ini memiliki ciri khas berupa casque yang besar dan melengkung seperti tanduk badak, dengan warna oranye atau merah di bagian depan paruhnya. Rangkong badak memiliki ukuran tubuh yang besar dan sering terlihat terbang di atas kanopi hutan, sambil mengeluarkan suara keras yang khas. Spesies ini banyak ditemukan di wilayah hutan Sumatera, termasuk KPH Batutegi.

Spesies ini merupakan salah satu yang paling langka dan terancam punah. Rangkong gading memiliki casque solid yang lebih besar dan lebih tebal dibandingkan rangkong badak, dengan warna emas atau gading yang menarik perhatian pemburu gelap. Rangkong gading juga lebih jarang terlihat, karena habitatnya semakin berkurang akibat deforestasi dan perburuan. KPH Batutegi menjadi salah satu habitat penting bagi kelestarian rangkong gading di Indonesia.

Kedua spesies rangkong ini memainkan peran penting dalam ekosistem KPH Batutegi, terutama dalam menyebarkan biji-bijian dan menjaga keseimbangan ekologi hutan.


Sumber Foto : YIARI

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

 

Dinas Kehutanan Provinsi Lampung 

Telp: (0721) 703177

Email:  [email protected]

 

 


Tag: UPTD KPH Batu Tegi #Rangkong #YIARI