Kunjungan Lapang Prodi Magister Kehutanan Unila

Bandar Lampung -- UPTD KPH Way Terusan menerima kunjungan dari Program Studi Magister Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 27 - 28 April 2024. Kunjungan ini merupakan Kunjungan Lapang mata kuliah Kehutanan Masyarakat Hutan Tropikal pada Program Studi Kehutanan. Kegiatan Kunjungan Lapang dilaksanakan di Hutan Produksi Register 47 Way Terusan Desa Mataram Udik Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Peserta kunjungan lapang terdiri dari 3 orang Dosen dan 4 orang Mahasiswa Magister Kehutanan.


Terdapat 2 agenda kegiatan dalam kunjungan lapang :

1.     Kegiatan Praktikum Mahasiswa

Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktikum Mahasiswa adalah menggali dan mengumpulkan data terkait  : 1) Analisa Dampak Perhutanan Sosial Skema Kemitraan Kehutanan terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat; 2) Identifikasi Konflik Sosial yang terjadi; 3) Dampak Tingkat Kosmopolitan terhadap Manfaat Ekologi Hutan pada Kelompok Tani Hutan. Teknik pengumpulan data yang  dilakukan adalah terdiri dari studi literatur, observasi, wawancara mendalam kepada informan kunci, serta diskusi kelompok bersama masyarakat dan KPH Way Terusan. Selanjutnya akan dilakukan analisis data secara kualitatif dan deskriptif.

 

Dari hasil Pelaksanaan kegiatan (pengambilan dan pengumpulan data), diperoleh gambaran secara umum bahwa :

a.  Analisa Dampak Perhutanan Sosial Skema Kemitraan Kehutanan terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat.

Dalam Aspek ekonomi digambarkan dengan seberapa besar pendapatan Masyarakat, komoditas usaha yang dilakukan serta seberapa besar pengaruhnya terhadap kebutuhan keluarga. Selian itu juga dilakukan perbandingan Ekonomi/hasil pendapatan yang diperoleh dari Kemitraan Kehutanan (menggarap lahan Perhutanan Sosial) dan di luar Kemitraan Kehutanan. Gambaran umum hasil kegiatan yang di lakukan pada kemitraan kehutanan adalah bahwa masyarakat yang mengusahakan komoditas pada lahan kering seperti jagung dan singkong memiliki pendapatan lebih besar dibandingkan yang melakukan usaha pada lahan basah seperti komoditas padi. Sedangkan kegiatan di luar kemitraan kehutanan seperti menjadi montir, buruh harian, ojek, sewa bajak memiliki penghasilan yang lebih kecil.


b.    Identifikasi Konflik Sosial

Responden adalah kelompok Perhutanan Sosial, sehingga konflik sosial yang cenderung kondusif antar anggota. Namun konflik sosial cenderung tinggi antara anggota Perhutanan Sosial dengan masyarakat yang belum bergabung dalam Perhutanan Sosial. Selain itu juga terjadi konflik antar Masyarakat yang belum Perhutanan Sosial atau konflik masyarakat dengan tengkulak. Alasan konflik antara Masyarakat dan tengkulak biasanya terjadi karena harga yang diberikan tengkulak terkadang berbeda antara satu petani dengan yang lainnya. Selain itu juga ditanyakan Program dari Kehutanan/KPH yang kurang disukai adalah Masyarakat tidak ingin menanam tanaman berkayu. Program yang menjadi favorit dari masyarakat adalah pemberian bantuan. Terkait dengan penegakan hukum, terjadi kecemburuan antara masyarakat yang telah bergabung dalam Perhutanan Sosial dengan yang belum bergabung. Selain itu juga adanya kewajiban membayar PNPB. Terkait dengan penilaian kinerja KPH Way Terusan, masyarakat memberi nilai antara 70 – 90 dengan skala 100 kepada KPH Way Terusan.


c. Dampak Tingkat Kosmopolitan terhadap Manfaat Ekologi Hutan pada Kelompok Tani Hutan.

Kosmopolitan merupakan sikap keterbukaan pandangan seseorang atau kelompok berasal dari luar dapat dilihat dari karakteristik dan mempunyai hubungan dan pandangan yang luas. Sebagai besar Kosmopolitan dipengaruhi oleh factor frekuensi seseorang untuk pergi keluar kota atau kabupaten, pemanfaatan media massa, pengetahuan atau wawasan yang luas dan factor lainnya. Semakin tinggi tingkat kosmopolitan akan cenderung semakin tinggi seseorang dalam menggunakan teknologi yang ada. Dalam pemanfaatnya kosmopolitan dapat meningkatkan pemahaman seseorang di bidang pertanian dan kehutanan.  Kosmopolitan dapat diarahkan guna kegiatan usaha tani dan pemanfaatan teknologi modern dalam usaha taninya. Misalnya pemilihan komoditas yang tepat, pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya terlibat dalam kegiatan pengamanan dan perlindungan Kawasan hutan serta  lainnya. Gambaran sekilas hasil pengumpulan Data adalah bahwa beberapa faktor kosmopolitan (akses informasi) belum banyak dan masih kurang. Masyarakat belum terlalu tertarik dengan perkembangan teknologi dan informasi dari luar. Masyarakat lebih suka ke ladang atau istirahat pada sang hari dibandingkan dengan melihat televisi atau menggunakan handphone untuk mengakses informasi.

 

Dari hasil diskusi singkat terkait pengumpulan data di atas, berikut beberapa masukan untuk KPH :

a. Berkaitan dengan aspek ekonomi, untuk lahan basah yang kurang produktif perlu dilakukan Kegiatan Sipil Teknis.

b. Terkait dengan  penegakan hukum yang sama terutama kepada kelompok yang belum bergabung dengan Perhutanan Sosial.

c. Berkaitan dengan aspek kosmopolitan, perlu adanya transfer informasi yang lebih intensif terkait dengan pengelolaan hutan oleh penyuluh dan pendamping di lapangan.

 

2. Pengarahan/penyuluhan Dosen kepada Kelompok Perhutanan Sosial tentang Pengelolaan Hutan


Dalam kesempatan yang sama, juga dilakukan penyuluhan ataupun pengarahan dari Dosen dari Prodi Magister Kehutanan Universitas Lampung yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Cristine Wulandari, MP., Dr. Samsul Bakri, M.Si dan Dr. Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P. kepada anggota kelompok Tani Hutan. Dalam kegiatan penyuluhan tersebut, beberapa point yang disampaikan adalah sebagai berikut :

a.  Memberikan pemahaman tentang pentingnya berkelompok dan bergabung dalam Perhutanan Sosial dalam melakukan pengelolaan hutan.

b. Memberikan pemahaman tentang pentingnya menerapkan system Agroforestry dalam pengelolaan lahan Garapan masing-masing, sehingga unsur hara dalam tanah akan terjaga dengan baik.

c.   Memberikan pengetahuan terkait pengolahan dan perlakuan pada tanah, pemberian pupuk yang sesuai dan sampah organik pada Garapan lahan

d. Memberikan pemahaman tentang kelebihan jika komoditi yang di usahakan sebaiknya diolah menjadi produk-produk turunan sehingga akan memberikan nilai ekonomi lebih tinggi pada komoditi tersebut.

Harapannya dengan adanya kegiatan di atas, nantinya hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pengelolaan hutan khususnya di Register 47 Way Terusan.

Tag: UPTD KPH Way Terusan