Meningkatkan Keterikatan Petani dan Kawasan Hutan melalui Agroforestri

(Pesawaran) Gapoktanhut Pujo Makmur, merupakan salah satu Gapoktanhut binaan KPH Pesawaran - Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, yang telah memperoleh izin Perhutanan Sosial dengan Skema Hutan Kemasyarakatan (HKm). Dengan tujuan luhur dan dedikasi yang tulus, pengelolaan hutan di laksanakan dengan berazaskan kelestarian yang berkelanjutan, baik dari segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Sistem yang diterapkan adalah agroforestry yang mengintegrasikan sistem kehutanan dengan sistem pertanian.

Kawasan Register 20 khususnya wilayah kerja Gapoktanhut Pujo Makmur mengintegrasikan tanaman kehutanan yang memiliki beragam manfaat (MPTs) seperti durian, kemiri, petai, jengkol sebagai tanaman tajuk tinggi, cengkeh, pala dan gmelina sebagai pengisi tajuk tengah. Sedangkan lantai hutan di isi dengan tanaman kapulaga, jahe, maupun kunyit. Sistem Agroforestry ini meningkatkan kemistry antar petani dengan kawasan sehingga semakin tumbuh rasa cinta terhadap tanaman yang menghasilkan berbagai manfaat tersebut, semakin tinggi rasa ingin melindungi tanaman yang telah ditanam sebagai aset masa mendatang. Petani bisa menikmati hasil panen setiap bulan dari tanaman dilantai hutan, sedangkan tanaman MPTS dapat dipanen tahunan. Hal ini sejalan dengan tujuan dilegalkannya pengelolaan kawasan melalui perhutanan sosial. Selain itu, dukungan dari program RHL BPDASHL Way Seputih Way Sekampung juga turut berperan positif meningkatkan semangat petani menanam MPTs. Study Banding Pengembangan Agroforestry dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dan beberapa Kepala KPH di Lampung dengan melihat langsung kondisi agroforestry diharapkan dapat diterapkan pada berbagai wilayah KPH lainnya.

Tidak puas hanya sampai memetik hasil hutan bukan kayu. Gapoktanhut Pujo Makmur difasilitasi oleh KPH Pesawaran sebagai kaki dari Dinas Kehutanan Provinsi Lampung untuk terus berinovasi dan membuka diri untuk berkerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki visi dan misi yang sama. Hasil buah kemiri yang hanya dihargai Rp. 6.000/kg jika dijual masih dalam kondisi basah dan tanpa pengolahan dapat di tingkatankan dengan memberi sedikit perlakuan. Pengupasan dan pemecahan kemiri yang masih sangat manual membuat hasil pecahan tidak sempurna, hal ini dimanfaatkan dengan mengolah pecahan kemiri tersebut sebagai bahan baku pembuatan minyak kemiri. Minyak kemiri memiliki beragam manfaat ini bisa dijual dengan harga minimal Rp. 25.000 per 100 ml. Dengan fasilitasi dari BPHL Wilayah VI Bandar Lampung, minyak kemiri sudah dilakukan uji laboratorium di Poltekes Negeri Lampung, dan hasil uji memenuhi standar. Minyak kemiri sudah di pasarkan melalui e commers dan turut serta dalam berbagai pameran.

Cangkang kemiri pun dimanfaatkan sebagai bahan bakar, untuk meningkatkan nilai jualnya maka dilakukan pengolahan menjadi briket arang. Pelatihan pembuatan briket arang difasilitasi oleh mahasiswa dari Itera. Sehingga diharapkan anggota Gapoktanhut Pujo Makmur memiliki keterampilan baru dalam membuat briket arang cangkang kemiri dan menjadi peluang usaha.

Selain Agroforestry, Intergrasi Kehutanan dengan Peternakan (Silvopasture) juga telah dilakukan. Pemanfaatan lahan kawasan dengan menanam pohon gmelina yang daunnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. KPH Pesawaran – Dinas Kehutanan Provinsi Lampung juga telah memfasilitasi untuk melakukan pengolahan sediaan pakan ternak dengan mengolah menjadi silase sehingga pakan yang telah diawetkan bisa menjadi cadangan pakan ternak, dan petani bisa melakukan kegiatan lainnya.

Kondisi hamparan yang baik memiliki nilai ekologi yang baik. Hal ini tercermin dari udara nyaman yang tercipta dari iklim mikronya. Nyanyian alam yang saling bersahut dari beragam fauna. Tanah yang subur dan kaya akan unsur hara. Air jernih yang mengalir sepanjang tahun. Belum lengkap jika perjalanan ke hutan tidak menemui sumber air. Di wilayah kerja Gapoktanhut Pujo Makmur juga terdapat air terjun yang berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Kedung Gajah, nama yang sering disebutkan oleh warga lokal. Perjalanan wisata menuju ke Kedung Gajah tentu akan membuat wisatawan dapat memperhatikan dari dekat kegiatan petani dalam mengelola hutan, dapat memanjakan mata dengan hijauan sekitar. Diharapkan dengan berjalannya objek wisata dapat meningkatkan antusias petani dalam menjaga hutan dan meningkatkan pendapatan petani. 

(Kontributor: KPH Pesawaran/Musab)

Tag: dishut, agroforestri, kph pesawaran