SILVOFISHERY “ MENJAGA HARMONISASI ALAM UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT”
Bandar Lampung -- Hutan
mangrove sangat unik dan khas berada di perbatasan ekosistem daratan dan
lautan, dengan system perakarannya yang khas, Tumbuh pada habitat berlumpur, terpengaruh
pasang surut, dan terpengaruh kadar garam. Ekosistem kaya namun fragile. Hutan mangrove
sangat terkait peran dan fungsi biology dan ecology berbagai jenis ikan, udang,
dan kepiting.
Silvofishery merupakan
sistem pertambakan teknologi tradisional yang menggabungkan antara usaha
perikanan dengan penanaman mangrove, antara kehutanan dengan perikanan.
Ditemukan fakta bahwa Indonesia memiliki luasan mangrove seluas 3,6 juta ha
atau 20-23 % dari luasan mangrove didunia. Meskipun mangrove hanya 0,05 %
sebagai penutup bumi namun penyerapan karbon mencapai 14 % didunia. Selain itu
mangrove memiliki fungsi yang besar antara lain mencegah abrasi pantai,
mengurangi dampak tsunami, tempat berkembangbiak dan penyedia makanan banyak
biota laut seperti udang, kepiting, ikan, kerang dan sebagai tempat spesies
burung air yang bermigrasi, sebagai filtrasi air akibat limbah/kotoran,
mitigasi perubahan iklim, sebagai tempat matapencarian masyarakat sekitar
pesisir, sumber bahan pangan dan tempat wisata.
Silvofishery
sejalan dengan program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang
menggaungkan program ekonomi biru untuk perikanan budidaya dan diharapkan
ekologi sebagai panglima pembangunan
perikanan. Silvofishery berpotensi besar untuk dikembangkan berdasarkan data
luasan tambak lebih dari 90% atau sekitar 522 ribu ha lebih berupa tambak
tradisional dan 50 % lebih sudah berubah fungsi.
Kebijakan ekonomi biru
untuk kelautan dan perikanan yang berkelanjutan bertujuan untuk :
1.
Melindungi laut dan sumberdayanya dengan memperluas kawasan konservasi
laut.
2.
Mengurangi tekanan dari aktifitas perikanan yang tidak ramah melalui
penangkapan ikan secara terukur berbasis kuota dan pengembangan perikanan
budidaya dilaut, pesisir dan darat yang berkelanjutan, salah satunya dengan
sistem silvofishery.
3.
Menjaga kelestarian laut melalui pengawasan dan pengendalian wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil. Serta pengendalian sampah-sampah plastik dan
limbah dilaut.
Silvofishery merupakan pola agroforestri yang digunakan dalam pelaksanaan
program perhutanan sosial dikawasan hutan mangrove sebagai alternatif
implementasi persetujuan PS. Petani dapat memelihara produk perikanan seperti
ikan, udang, kepiting, kerang dan sebagainya dan menambah alternatif hasil
hutan bukan kayu (HHBK). Selain itu ada kewajiban untuk memelihara hutan
mangrove, sehingga semangat konservasi dan ekonomi menjadi satu didalamnya.
Prinsipnya konsep silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove dengan
memberikan hasil dari sektor perikanan”. (RLS HA-IPB)
Di Lampung kawasan mangrove banyak terdapat di Kabupaten Pesawaran, Lampung
Timur, Lampung Selatan dan Tulang Bawang yang berpotensi besar untuk
pengembangan budidaya silvofishery sebagai
salah satu program alternatif untuk menjaga pelestarian hutan mangrove melalui
budidaya di kawasan pertambakan tradisional yang bermuara untuk kepentingan
pelestarian lingkungan hutan bakau.
Secara nasional, ditemukan fakta bahwa sebagian besar tambak tradisional tidak memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan, keamanan, dan estetika, yaitu :
1. Sebagian
besar kawasan budidaya, belum tertata dan belum dilengkapi prasarana (seperti
sistem irigasi, tandon, dan IPAL) yang memadai.
2. Produktivitas
rata-rata masih rendah (misal udang tradisional 0,6 ton/Ha/tahun).
3. Budidaya ikan yang tidak ramah lingkungan
berdampak negatif pada penurunan produksi,pendapatan,dan degradasi lahan.
4. Inefisiensi biaya logistik karena sistem
budidaya belum terintegrasi hulu – hilir.
5. Belum diterapkannya cara budidaya ikan yang
baik mengakibatkan munculnya dampak negatif terhadap lingkungan, insiden
penyakit ikan, kematian massal ikan, menyebabkan kegagalan produksi.
6. Produksi masih belum berdasarkan permintaan dan
serapan pasar.
7. Pengaruh ijon/tengkulak sangat besar sehingga
bisnis budidaya ikan sulit berkembang.
8. Pembiayaan bantuan pemerintah kepada
pembudidaya skala kecil masih rendah.
Selama ini peningkatan
permintaan ikan nasional sebagian besar dipenuhi dari perikanan budidaya.
Dengan jumlah populasi penduduk yang terus meningkat maka konsumsi kebutuhan
pangan terutama protein ikan akan terus meningkat maka produksi perikanan harus
terus ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar nasional maupun
internasional.
Pembangunan perikanan
budidaya sangat berperan penting, yaitu :
1. Perikanan budidaya berorientasi ekspor melalui
pengembangan komoditas unggulan yang memiliki pangsa pasar dan daya saing
tinggi di pasar global.
2. Perikanan budidaya diarahkan untuk menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat (pemberdayaan), melalui pembentukan
korporasi maupun lahirnya entrepreneur baru.
3. Perikanan budidaya memproduksi komoditas ikan
untuk pemenuhan ketahanan pangan dan nutrisi hewani yang digemari masyarakat,
sekaligus melestarikan ikan endemik dari kepunahan.
4. Perikanan budidaya diarahkan untuk meningkatkan
penerimaan negara melalui devisa ekspor, pajak, PNBP, maupun sumber penerimaan
subtitusi impor.
Dan yang menjadi ultimate goalnya adalah Perikanan budidaya diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan.
Tantangan Pengembangan Budidaya Silvofishery
Kondisi yang dihadapi
dalam pengembangan budidaya silvofishery saat ini, yaitu :
1.
Peraturan tataruang (RTRW) oleh pemerintah sering berubah-ubah, hal ini
yang menyebabkan konflik sosial dan kewilayahan.
2.
Data status lahan tambak yang tidak jelas
3.
Kualitas SDM/tingkat pendidikan
dan keahlian petambak yang masih rendah
4.
Belum ada kepastian dan standar harga sebagai insentif bagi pelaku
silvofishery
Rencana aksi
pengembangan budidaya silvofishery yang harus dilakukan yaitu :
1.
Program nasional pengembangan budidaya tambak silvofishery.
2.
Penetapan ruang budidaya dan perikanan dan RTRW yang pasti dan tidak
berubah-ubah.
3.
Dilakukan pendataan dan pemetaan status tambak (milik masyarakat dan
Perhutani).
4.
Sosialisasi peta status lahan budidaya kepada masyarakat.
5.
Pembinaan dan pendampingan kepada pembudidaya tambak silvofishery.
6.
Menyediakan pasar khusus bagi hasil produk tambak silvofishery.
7.
Membangun jejaring kerjasama hulu-hilir dengan parapihak dalam rangka
pengembangan budidaya tambak silvofishery.
(Sumber : Hasil
Zoomeeting Seminar
Silvovishery “Menjaga Harmonisasi Alam untuk Kesejahteraan Masyarakat”26/03/2024)
Tag: Silvofishery #Kesejahteraan Masyarakat